Takdir yang Menyatu

Kami dipertemukan bukan oleh kebetulan, tetapi oleh doa-doa yang saling mencari. Melalui perantara dua hati yang lebih dulu bersatu, namanya sampai di telingaku, dan namaku sampai di telinganya. Tidak ada pertemuan yang tergesa, hanya perkenalan sederhana yang kelak mengubah arah hidup kami.

Kami memilih untuk melangkah dengan tenang, bukan untuk sekadar jatuh cinta, tetapi untuk memahami—siapa dia, bagaimana cara berpikirnya, dan apa yang ia perjuangkan. Tidak ada janji manis, hanya kejujuran tentang masa depan yang ingin kami bangun bersama.

Seiring waktu, percakapan menjadi lebih bermakna. Kata-kata bukan sekadar pengisi waktu, tetapi jembatan keyakinan. Di dalamnya ada doa, ada harapan, dan ada ketenangan yang pelan-pelan tumbuh.

Kini, kami melangkah menuju hari itu—hari di mana dua hati yang telah dipertemukan oleh doa mengikat janji dalam ridho-Nya. Bukan untuk saling melengkapi, karena kami telah utuh, tetapi untuk berjalan bersama, menguatkan, dan mencintai dengan cara yang diridhoi-Nya.